Minggu, 06 Juni 2010

Pola BAB dan karateristik tinja pada bayi ASI

Hari-hari pertama pasca kelahiran. Dua puluh empat jam pertama setelah bayi lahir, ia akan mengeluarkan tinja berwarna gelap kehitaman, agak mengkilat, lengket, dan berbau. Tinja ini dinamakan mekonium. Mekonium ini merupakan sisa aborsi dari ketuban selama bayi berada kalam rahim ibu. Begitu bayi mendapatkan ASI, mekonium akan dikeluarkan dari tubuh bayi. Kemudian dengan semakin seringnya mendapatkan ASI, tinja bayi akan berubah kekuningan dan kadang berbentuk seperti biji (seedy). Warna dari tinja bayi pun berubah dari kuning atau kuning kehijauan. Hal ini normal sekali terjadi. Tinja bayi ASI juga nyaris tidak berbau. Konsistensi (bentuk) dari tinja bayi juga terkadang berbentuk seperti bubur atau vla. Terkadang juga mirip seperti mustard atau selai kacang. Sesekali tampak juga bentuk seperti biji-bijian. Hal ini normal sekali terjadi. Seiring bertambahnya usia, bayi baru lahir memiliki pola BAB yang bervariasi. Umumnya bayi akan buang air besar kurang lebih dua hingga lima kali sehari, hingga ia berumur sekitar enam hingga delapan minggu. Tinjanya akan berbentuk sama seperti sebelumnya, cair lunak seperti bubur. Warnanya pun bervariasi dari kuning hingga kuning kehijauan. Karena bayi terkesan sering BAB, maka tak jarang banyak ayah atau ibu yang khawatir bayinya diare. Bahkan, beberapa bayi ASI akan BAB setiap kali selesai menyusu. Apalagi pola ini tidak ditemukan pada bayi yang mendapatkan susu formula ataupun campuran susu formula-ASI. Hal ini juga yang membuat banyak orangtua ragu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, karena takut bayinya terkena diare. Tapi benarkah demikian ? Mengapa ASI di usia ini membuat bayi sering BAB ? Tahukah kita bahwa kondisi diatas normal sekali terjadi. Hal itu bukanlah pertanda bayi mengalami diare. Salah satu manfaat ASI dari ribuan manfaat lainnya adalah berfungsi sebagai laksatif atau obat urus-urus. Di awal bayi baru lahir hingga usia bayi enam sampai tujuh minggu, ASI akan membersihkan sistem pencernaan bayi saat ia masih di dalam rahim ibu. Kemudian ASI akan melapisi sel-sel usus halus yang masih terbuka dengan anti-body dari ASI, sehingga terlindung dari resiko alergi dan gangguan pencernaan. Tidak hanya itu, saat bayi BAB, maka bilirubin yang tidak terpakai dalam tubuh akan di buang melalui tinja. Ini berarti fungsi hati yang masih belum sempurna akan terbantu dengan baik dan resiko kuning pada bayi akan terminimalisasi. Inilah bayi ASI akan sering BAB . Agar ibu tidak bingung, ibu juga perlu memahami bagaimana tanda diare pada bayi. Kok jadi susah BAB ? Saat bayi memasuki usia sekitar enam minggu lebih, pola dari BAB akan berubah. Jika tadinya bayi ASI sering BAB, maka ia akan jarang BAB. Frekuensi BAB tiap bayi ASI pun bervariatif. Ada yang dua atau tiga hari sekali. Bahkan ada yang hingga 12 hari atau lebih tidak BAB. Jika tadinya orang tua khawatir akan bayinya yang sering BAB , maka beberapa minggu kemudian kekhawatiran sebaliknya terjadi. Banyak sekali orang tua yang takut anaknya mengalami sembelit Kondisi tersebut juga normal terjadi. Di usia ini bayi ASI akan jarang BAB . Hal ini disebabkan ASI diserap sempurna, maka tidak akan ada ampas yang dibuang dalam bentuk tinja. Selama perilaku bayi baik-baik saja, pola pertumbuhannya baik, tidak kesakitan atau rewel luar biasa saat mengejan (lethargic), maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Perhatikan juga saat bayi BAB dan bentuk tinjanya. Jika tinja berbentuk seperti biasa ( lunak seperti bubur atau selai ) dan bayi tidak mengalami kesulitan saat mengeluarkan tinjanya, maka jelas bayi tidak mengalami sembelit ( konstipasi ). Lain halnya bila bayi mengalami sembelit, tinjanya akan keras padat, agak kering dan sulit dikeluarkan. Jika hal ini terjadi, ibu dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter anak. Sering kali ayah para ibu mengintervensi agar bayinya BAB. Mulai dari pemberian obat pencahar, memberikan jus buah hingga merangsang anus bayi dengan sabun dan sebagainya. Hal ini sama sekali tidak dibutuhkan. Selain bayi akan tergantung dengan rangsangan agar bisa BAB, tindakan tersebut juga dapat membahayakan bayi. Dengan mengenali dan memahami perilaku bayi dan karakteristik tinja bayi agar terhindar dari tindakan yang tidak diperlukan. Sekali lagi semua kondisi yang ada hanya berlaku untuk bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan selama masa ASI eksklusif. Jika bayi sempat diberikan campuran susu formula ataupun makanan lainnya, kondisi normal tersebut diatas tidak dapat diterapkan.
Pola BAB yang jarang pada bayi ASI akan terus berlangsung hingga ia berusia enam bulan atau masa ASI eksklusif terlewati. Begitu bayi ASI mendapatkan MPASI di usia enam bulan keatas , konsistensi dari tinja bayi dan pola BAB-nya akan bervariasi dan ditentukan dari asupan makanan yang masuk.
Kenali warna-warni tinja bayi ASI. Bukan hanya pola BAB dari bayi ASI yang dipertanyakan. Warna dari tinja bayi yang berwarna-warni seringkali juga membingungkan dan membuat banyak ayah ibu ragu dan khawatir akan bayinya. Agar tidak tersesat dijalan, mari kita kenali bersama warna dari tinja bayi ASI. Pertama, hitam lengket dan seperti aspal. Tinja ini disebut mekonium yang akan keluar saat BAB pertama bayi baru lahir. Kedua, kuning kehijauan atau kuning kecokelatan. Lunak seperti bubur, kadang seperti berbiji. Begitu ASI matang keluar ( ASI yang keluar setelah kolostrum, sekitar hari ke-4 pasca bayi lahir ), maka tinja bayi akan berwarna kekuningan. Warna kuning ini disebabkan oleh bilirubin yang tak terpakai. Ketiga, kuning dan sedikit warna merah darah. Jika sesekali terjadi, maka hal ini bukanlah sebuah alarm. Perhatikan apakah puting payudara mengalami lecet atau anus bayi terluka atau bayi mengalami sembelit. Apabila selalu dan sering ditemukan darah dalam tinja, maka konsultasikan pada dokter. Keempat, tinja berwarna hitam dan keras padat diiringi sembelit. Umumnya disebabkan pemberian suplemen zat besi yang jelas tidak diperlukan oleh bayi ASI. Zat besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh tubuh dan jumlahnya cukup untuk bayi, sehingga pemberian suplemen zat besi tidak dibutuhkan untuk bayi ASI. Kelima, kehijauan. Umumnya disebabkan oleh makanan yang ibu konsumsi. Dapat juga disebabkan asupan ASI yang tidak seimbang, yaitu bayi relatif hanya mendapatkan asupan ASI awal ( foremilk ) daripada ASI akhir ( hindmilk ). Terutama jika tinja bayi sering sekali berwarna hijau. Karena itu berikan ASI di satu payudara hingga bayi selesai menyusu maupun payudara terasa kosong.
Dengan memahami pola BAB dan karakteristik dari tinja bayi, berbagai keraguan dan ketakutan yang ada dalam pemberian ASI eksklusif dapat kita hindari dan ibu menjadi tenang. Semakin ibu tenang dalam memberikan ASI eksklusif, semakin lancar juga hormon oksitosin bekerja untuk memproduksi ASI ( Kutipan dari Suara Merdeka, selasa 11 Mei 2010. Ditulis oleh Dokter H Bambang Suwardjo SpA. RS Mitra Bangsa Pati )